Pendidikan Kritis yang Tidak Sia-Sia
Ghina, salah seorang siswa yang dulu pernah saya ajar dan kini menjadi mahasiswa yang hendak KKN, tiba-tiba menghubungi. Ia menyampaikan ingin membuat project sosialisasi pencegahan perampasan lahan di kampung tempat ia KKN dan ingin konsultasi dengan saya.
Pertama-tama, saya terharu. Kadang saya berpikir, setelah lepas dari pembelajaran dengan saya daan memasuki kampus yang tak jelas rimbanya itu, mereka sudah tidak concern lagi pada apa yang pernah saya ajarkan. Tapi ternyata tidak semenyedihkan ituu..
Saya tentu bersedia jadi teman diskusi dan tempat konsulnya sebanyak yang ia mau.
Ia lantas mengirimkan bahan yang telah ia buat. Bahan yang berhasil ia tuliskan dan mengumpulkan dari berbagai sumber ini saja rasanya sudah keren sekali.
![]() |
| by: Ghina |
Paling saya hanya meminta ia menggunakan narasi dan pendekatan seperti adat dan agama yang berbasis perlawanan-kedaulatan karena itu yang paling dekat dengan masyarakat kita; serta mendetailkan di bagian metode, strategi dan taktik perlawanannya agar ini dapat diserahkan ke gampong yang bersangkutan dan dapat menjadi bahan yang dipakai sewaktu-waktu terjadi kasus perampasan lahan di tempat mereka. Ia juga mendesain brosur yang akan ia bagikan atau tempelkan di gampong.
Ada dua hal yang menjadi refleksi di sini, bahwa saya senang sekali ada yang membuat aktivitas KKN sesuai dengan kondisi urgen masyarakat saat ini, walau saya tidak bermaksud mengatakan aktivitas KKN yang isinya cuma membersihkan bangunan gampong dan membuat nama lorong itu ga penting. Tapi harusnya kampus yang suka menggadang-gadangkan tri darma bagian pengabdian masyarakat selama ini juga saya anggap gagal membangun program-program yang bermutu apalagi substansial bagi kehidupan dan masalah-masalah urgen masyarakat. Kedua, berharap organ-organ progresif tertentu juga mau bergerak melakukan pendekatan-pendekatan kebudayaan dalam gerakan, bukan hanya aksi masa saja..
Smoga smakin banyak mahasiswa seperti Ghina...🥰🥰




Komentar
Posting Komentar