Ujian MENTAL SOSIAL
Minggu lalu, aku kasi project ke siswa. Biasanya aku yang tentukan kelompok kerja. Tapi kali ini aku mau uji mental sosial mreka: aku persilahkan mreka menentukan kelompok mereka sndiri. Aku juga mau uji, gimana mreka mengelola ego, kerelaan berkembang bersama, kemampuan me-manage kelompok dan segala dinamikanya, kekompakan, komunikasi, dsb.
Kalo memenangkan ide di lingkaran kecil dan meyakinkan orang-orang di lingkaran terdekat aja ga mampu, kenapa kita ambisius dan terlalu pede mampu mempengaruhi publik, apa lagi merubah dunia?
Makanya, dalam pembelajaran di sekolahpun, kalo ada kelompok siswa yang berhasil cuma karena presentasi satu dua orang doank~walo dia bawa nama kelompok, kelompoknya tetap aku hitung gagal. Iya donk, kalo ga bisa maju secara kolektif, mau banggain apa dari kerja kelompoknya. Kelompok yang milih gagal bersama malah lebih aku apresiasi daripada kelompok dengan orang-orang dominan.Terlalu vulgar egonya. Ga mau buat keberhasilannya jadi kberhasilan kolektif.
Pengujian sengit kala itu diantaranya saat ada siswa yang meminta kondisi khusus untuk kelompoknya karena alasan yang sebenarnya masuk akal, tapi resikonya kelompok lain terkorbankan dan jelas jadi ada diskriminasi, serta aturan yang tidak tegak. Saat aku say NO, dia tetap ngotot, bahkan innocent.
Aku mulai kesal dan merespon:
"Oh, saya ga mungkin pilih kasih cuma karena urusan teknis. Concern saya cuma satu, kelompok dibagi secara adil dan merata. Kalianpun perasaannya dimana, ngebiarin kelompok lain jadi korban, demi biar enak sendiri. Serendah itu emangnya mental sosial kalian? Saya memang minta kalian pilih yang nyaman, tapi bukan dengan ga mikirin orang lain apa lagi ngorbanin orang lain."
Baru mreka diam, sebagian terlihat jelas malu dan sadar diri.
Jujur, pengalaman di organisasi gerakan sejak SMA memang buat aku jadi punya privilage tertentu. Ditempa ngelola kelompok kecil, mempengaruhi orang, memenangkan pertarungan-pertarungan politik di dalam dan luar organisasi (punya kemampuan 'ngolah' jadinya~jadi ga usa ngolah-ngolah aku ya gaes hehe..)
Dalam organ gerakan, organ kamu ga akan bisa ngimbas keluar kalau organ kamu kacau di dalam, dan kamu ga akan bisa benerin kondisi di dalam kalau personally kamunya masi kacau. Makanya, basis pe-level-an kadernya pun jelas, bukan cuma yang otaknya encer, tapi juga kapasitas moral, mental dan kemampuan organisasional.
Karena kemampuan menggerakkan orang lain dan kekonsistenan bergerak bersama-sana cuma bisa dicapai dengan ngandalin itu semua.Kalo ga punya itu, yauda, ga usa gede ngomong.
Bagi yang mungkin merasa sudah berorganisasi karena mengerjakan aktivitas-aktivitas kemanusiaan. Coba cek dan ingat-ingat lagi, jangan-jangan selama ini kita cuma: berlembaga, cuma bekerja, bukan berorganisasi. Yang merasa bergerak bersama, punya ikatan ideologi yang kuat, ikatan emosional yang erat, merasa betul sebagai satu tubuh.
Sekali lagi:
"Kalo memenangkan ide di lingkaran kecil dan meyakinkan orang-orang di lingkaran terdekat aja ga mampu, kenapa kita ambisius dan terlalu pede mampu mempengaruhi publik, apa lagi merubah dunia?"




Komentar
Posting Komentar