Wajah Pendidikan Kita (Kajian Pedagogi Kritis-PosKolonial)

Sepertinya ini pengalaman pertama saya, diminta untuk menjadi pembicara di komunitas nasional. Saya diminta untuk menyampaikan pandangan dan refleksi atas Sistem Pendidikan Indonesia. Jika meminta pada saya, tentu saya akan memakai kaca mata Pedagogi Kritisnya Freire.

 


Diskusi Reboan demokrasi.id

 

"Wajah Pendidikan Kita"

Gimana sih wajah pendidikan Indonesia? Apakah seperti yang diharapkan bapak pendidikan, Ki Hadjar Dewantara? Atau justru jauh dari itu? Apakah tradisi berpikir kritis menjadi bagian dari orientasi pendidikan kita? Atau justru pendidikan kita malah beriklim segregatif dan instan?

Di masa pandemi Covid-19, pendidikan Indonesia juga mengalami perubahan yang luar bisa. Guru, murid, orang tua dan jajaran pengurus sekolah mesti berperan ekstra. Kerja sama yang kuat diperlukan agar belajar dari rumah tak berakhir sia-sia.
Jauh sebelum pandemi, banyak orang pun meragukan pendidikan Indonesia. Sistem belajar di Indonesia dianggap tak bisa membentuk karakter, bahkan tak bisa mendidik anak sesuai dengan minat dan bakatnya. Tapi, benarkah demikian? Belum lagi perubahan kebijakan dan kurikulum yang selalu terjadi begitu pihak pemangku kebijakan berganti.
Kali ini, Demokrasi.id menghadirkan Fatma Susanti, pengajar dan praktisi pendidikan kritis yang berasal dari ujung pulau Sumatera, Nanggroe Aceh Darussalam. Ia adalah Guru SMA Labschool Unsyiah Banda Aceh dan Tenaga Ahli Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Barat Daya. Ia pernah membuat heboh dunia maya karena soal ujian yang dibuatnya “tidak biasa”, sehingga Anies Baswedan (Mendiknas saat itu) pun menemuinya ketika berkunjung ke Aceh. Selain mengajar, Fatma juga produktif menuliskan opininya tentang isu-isu pendidikan melalui beberapa media nasional.(by:demokrasi.id)

 

 

Diskusi lengkapnya dapat dinikmati di Link berikut:

 

 

 

Komentar

Postingan Populer