Feminist VS Conservationist

Ada kalanya, saya merasa lucu ketika melihat adanya perdebatan dan saling serang ketika membicarakan masalah perempuan. di satu sisi kaum feminis yang terlihat getol sekali memperjuangkan hak-hak perempuan, di bidang apa saja, dan disisi lain ada kaum konservatif yang ada kalanya suka menentang kaum feminis yang dianggap sekuler karena cenderung mengadopsi barat dan membawa ajaran yang bertentangan dengan agama.
Masalahnya, terkadang saya bingung, sebenarnya apa yang mereka perdebatkan? Jika memang masalah perempuan, masalah krusial yang mana, dan untuk perempuan yang mana?
Jika saya dizinkan memberikan saran, jikapun ingin mendebatkan atau mendiskusikan masalah tetang perempuan, tidak bisakah kita mendebatkan hal-hal yang bersifat krusial, menyangkut kondisi hidup dan hak-hak dasar perempuan yang kalau kata kaum fiminis, ada dalam posisi yang terdiskriminasi. Saya terlalu sering membaca perdebatan antara kaum feminis dan yang cenderung konservatif (kekeuh sekali dengan nilai-nilai lama) dimana masing-masing berada pasa posisi yang cenderung tidak realistis. Kaum konservatif yang tidak begitu paham apa itu feminisme, gender dan emansipasi namun mengutuk mereka atas dasar prejudice yang sempit. Kaum feminis pun yang ada kalanya kurang adaptif dalam menyebar paham. Kebarat-baratan, anti nilai lokal dan agama, namun ketika ditolak oleh masyarakat ianya juga berang. Lha kamu mau masuk kampong orang untuk memerdekakan mereka tapi malah menghina dan menganggap rendah nilai dan kebudayaan mereka, beneran kamu mau berjuang? Mau berjuang dimana dan siapa yang nerima kalo caranya sesombong itu?
Perempuan konservatif bahkan yang ngakunya orang pergerakan juga, ga bisa ya kita berjuang bareng mengenyampingkan ego-ego sektoral untuk sama-sama memmperjuangkan atas Angka Kematian IBU yang tinggi, kekerasan dan pelecehan seksual terhadap perempuan, hak-hak yang layak atas pendidikan, kesehatan, ekonomi, keamanan, dsb. Cukup perjuangkan itu dengan mengingat perempuan itu manusia, udah gitu aja.
Kalian ini, niatnya merdeka dari penindasan tapi sesame sendiri jambak-jambakan.
Mengutip dari Politik Perempuan Demokratik,Tak mudah memang menjadi perempuan di Indonesia sebab perempuan di Indonesia tak berwajah tunggal. Di Indonesia, walaupun emansipasi perempuan dan kesetaraan hak diakui secara hukum, namun keberadaan perempuan di ruang dan waktu tertentu masih dianggap mengganggu moralitas masyarakat, termasuk oleh kaum perempuan sendiri. Wajah ganda perempuan ini telah lama beredar di masyarakat. Hal penting yang hendak ditanyakan di sini adalah sanggupkah gerakan perempuan menyatu dalam isu tunggal kesejahteraan rakyat dan menaklukan benteng cultural konservatisme ini? Bukankah ini PR kita yang pokok di tengah deraan neoliberalisme?



Komentar
Posting Komentar