Kesadaran Toleransi kamu di Level Apa?

 


 

Suatu waktu diminta memberi Kajian perspektif tentang Toleransi, pada kegiatan Launching Hasil Magang Pemuda Lintas Keberagaman oleh AFSC untuk mengungkao Kondisi Kebebasan Beragama, Berkeyakinan dan Berekspresi di Aceh.

Saya cuma sampaikan dua substansi dalam melihat toleransi, yakni:

Pertama dalam sudut pandang Perenial, agama diyakini memiliki isi substansi (instrinsik) berupa nilai kebenaran universal yang sama. Juga anggapan bahwa substansi agama-agama mengajak manusia pada kebaikan. Apa lagi yang beribadah, bergama dan bertuhan di level spiritual, bukan lagi ritual, simbol atau karena dipaksa oleh aturan (ekstrinsik). Beribadah agar jiwa dapat terhubung dengan Tuhan, sehingga semakin terhubung dengan Tuhan maka kualitas jiwanya otomatis semakin baik, levelnya bukan lagi toleran, tapi pengasih ke semua makhluk karena mampu melihat perwujudan dan manifes Tuhan di setiap makhluk. Tak mampu menyakiti, membenci karena jiwa nya akan tersakiti dan terluka ketika melihat orang lain tersakiti.

 
Kedua dalam sudut pandang humanis. Okelah kita merasa diri kita benar, dan orang lain absolutely salah. Tapi atas nama hak asasi manusia, it's oke lah, damai-damai ajalah, jadi manusiawilah kamu. Saling menjaga hak dan kenyamanan masing-masing lah. Jangan karena sudah berbeda keyakinan, sudah ga dianggap manusia lagi, sudah tidak setara lagi sebagai manusia. Basis toleran selemah-lemahnya iman. Kita merasa diri kita paling benar, tapi juga harus paham, bahwa bagi orang lain keyakinannya adalah kebenaran juga. Jadi jangan paksa kali, bro. Jadi mayoritas itu jangan sombong, Sis!

Karena sebenarnya, jika agama dan keyakinan diposisikan oleh manusia sebgai sumber ajaran untuk kehidupan, kamu memang ga akan terganggu kalau ada orang yang sumber ajaran, rujukan, dan bacaan nya beda sama kamu. Memangnya penganut Newton dan Einsten harus lempr-lemparan kursi apa lagi sampe bawa-bawa pedang cuma karena rujukannya atas Science berbeda? Tapi kalau urusan agama ini sudah sampai level identitas yang mempengaruhi psikologi, apa lagi ada kepentingan ekonomi politik yang memanfaatkan ini, terutama terhadap masyarakat yang psikologi sosial nya buruk menyakut urusan agama dan keyakinan: Selesai sudah! Disentil sedikit kamu akan merasa tersinggung, marah, insecure, terncam, bawa parang, ingin bunuh dan lenyapkan.

 


 

 


Komentar

Postingan Populer