Membangun Kesadaran Kritis di Sekolah: Mengapa dan Bagaimana?
Sistem pendidikan kita memang sudah membantu melanggengkan sistem usang dan eksploitatif dengan melahirkan banyak politisi dan elit korup, pelanggar HAM, pengusaha perampas lahan warga, pemodal yang menghisap keringat buruh, aparat hukum yang melayani kepentingan borjuasi, dokter yang membiarkan pasien mati ketika tidak mampu membayar biaya berobat, siswa dan mahasiswa apatis, kelas menengah yang tidak berpihak dan menindas bahkan sejak dalam pikiran, masyarakat yang tidak sadar dan pasrah akan realitas sosial politiknya.
Namun, saya dan penganut pendidikan kritis lainnya masih meyakini bahwa pendidikan (bahkan pendidikan formal) mampu menciptakan ruang untuk tumbuhnya resistensi dan subversi terhadap sistem dominan yang usang dan eksploitatif. Karena pendidikan (kritis) adalah salah satu agen utama untuk melakukan rekonstruksi terhadap tatanan sosial.
Terima kasih untuk yang telah berhadir dan saling berdiskusi.
Ada beberapa pertanyaan mungkin yang tidak bisa saya jawab secara tuntas dan memuaskan, karena harusnya itu diajukan langsung pada Menteri Pendidikan atau Kepala Dinas Pendidikan, hehehe.. saya hanya bisa memberikan tawaran gagasan dan praktik. Sedangkan solusi sistemik agar bagaimana konsep dan praktik ini dapat diimplementasikan secara massif, tentu harus melalui upaya dan dorongan agar hal ini dapat menjadi kebijakan institusional yang berdampak luas dan sistemik bagi pendidikan kita, bila tidak, hal-hal seperti ini hanya akan menjadi aksi personal atau sekelompok orang saja, sedangkan pendidikan formal adalah seluas-luasnya panggung untuk meningkatkan kesadaran massa.
Terima kasih sekali juga untuk Khalida Zia yang telah membacakan puisi WS Rendra: Sajak Anak Muda dan Puisi Wiji Thukul: Bunga dan Tembok, dan 'memanaskan' ruang diskusi. Semoga menjadi penyemangat untuk senantiasa menebar benih-benih perlawanan..
*****
Diskusi lengkapnya dapat dinikmati di melalui link di bawah ini:






Komentar
Posting Komentar