'Perampok' Kekayaan dan Kita yang Naif




"Kita hidup di masa dimana ketika kita ingin menangkap 'perampok', justru malah kita yang dikeroyok ramai-ramai"

Pemikiran di atas terbersit ketika suatu ketika saya merespon aksi teror di Sarinah, Jakarta beberapa waktu lalu dengan mengaitkannya terhadap konteks politis karena secara kebetulan di hari yang sama merupakan hari terakhir batas waktu penawaran saham PT Freeport Indonesia(divestasi). Dan berdasarkan pemberitaan di media-media massa, meski batas waktu hampir habis, Freeport ternyata belum melakukan divestasi. Untuk hal ini, bagi saya pribadi, sangat menjadi pertanyaan: mengapa hal ini bisa terjadi?

Saya bukan penggemar berat teori-teori konsiprasi dan ingin menyatakan bahwa aksi teror adalah bagian dari konspirasi melulu, entah itu dengan tujuan peralihan isu, memberikan tekanan politik, mendapat keuntungan secara ekonomi bagi usaha-usaha dagang di bidang persenjataan, kepentingan militer dan intelijen, dan lain sebagainya. Hanya saja, harus diketahui denga baik, dunia perpolitikan tidak sesederhana yang terlihat di depan layar televisi. Berbagai fakta dan data telah berhasil menunjukkan dengan baik tentang adanya aksi-aksi baik itu teror bahkan perang yang memang sengaja disetting untuk kepentingan ekonomi politik tertentu. Kasus WTC 11 September, Arab Spring, bahkan Perang Dunia pun diindikasikan tidak terlepas dari adanya settingan tertentu. Dan namanya saja konspirasi, tentu saja Anda tidak akan menemukan bukti dan fakta secara berserakan untuk sampai pada tahap menyimpulkan bahwa kebenaran tentang analisa adalah mutlak kebenarannya. Dan hal ini tentu dapat dipahami pula dengan baik jika kita banyak membaca, menganalisa, kritis terhadap peristiwa dan kondisi politik yang ada (Maaf, saya bukan ingin menyatakan bahwa saya sudah fasih benar, setidaknya tengah belajar). Bagaimanapun saya ingat dengan suatu kutipan yang menyatakan bahwa, tidak ada yang kebetulan dalam politik.

Untk kasus Freeport sendiri, mengapa saya harus sampai kelihatan maksa sekali untuk melihat adanya keterkaitan antara terjadinya aksi teror dengan hari divestasi Freeport. Apakah sudah pernah ada yang membaca tulisan Lisa Pease yang berjudul “JFK (John F Kennedy), Indonesi, CIA and Freeport”? Kalau belum, baiknya Anda baca terlebih dahulu. Tulisan panjang lebar itu tidak hanya sekedar memuat analisa kelas teri, namun juga bukti-bukti sejarah tentang konspirasi tingkat dewa yang disusun oleh USA untuk mendapatkan penguasaan atas tambang emas dan tembaga di Papua. Eh, ngomong-ngomong kalian udah pada tau kan kalo tambang emas di Freeport adalah tambang emas terbesar yang ada di dunia? Yang hasilnya dieksploitasi habis-habisan oleh USA sejak masa Orde Baru. 

Suatu peristiwa itu memang tidak perlu dipaksakan adalah bagian dari suatu konspirasi, apa lagi jika tidak ada landasan sama sekali untuk menyatakan saling keterhubungan antar-peristiwa peristiwa, termasuk kalau dikaji dari berbagai aspek (ekosospolhukkam). Dalam hal ini, dasar berpikir itu harus fakta-fakta, baik yang ingin menyatakan itu konspirasi atau bukan. Analisa sendiri sifatnya dinamis, bukan untuk mnyatakan kebenaran mutlak seperti dalam rumus-rumus matematika.

Terutama menyangkut masalah politik, jangan sampai melihat suatu peristiwa adalah tidak sama sekali dari suatu hal hanya karena awam dan kurang membaca. Itu juga naif masalahnya.

Namun, kita harus tuntas dulu pemahaman dan pengetahuan tentang ideologi, sejarah, politik, ekonomi, hukum, keamanan dan segala keterkaitan diantaranya (apa lagi jika harus bicara tentang Freeport), juga tuntas dari gagal paham dalam melihat suatu peristiwa hanya karena awam atau karena adanya kepentingan tertentu.

Saya pribadi, jelas menentang sikap Freeport yang selama ini secara terbuka mengekploitasi kekayaan Papua. Saya juga menenetang segala bentuk hegemoni yang hingga kini membuat masyarakat gagal paham melihat kondisi objektif di lapangan dan saya sangat mengapresiasi sikap pemerintah yang apabila memang sepenuh hati ingin melakukan cara-cara tertentu untuk mengambil alih Freeport, meski mau tidak mau harus menelan resiko pahit dari USA (apa menurut kamu Amerika bakal diam aja kalo sampe pemerintah kita melakukan itu?).

CNN Indonesia bahkan memuat berita dan analisa yang cukup provokatif dengan judul “Jokowi Mau Kuasai Freeport, AS diyakini takkan tinggal diam”. Berita ini memberitahukan pada kita bahwa adanya keinginan dan upaya secara perlahan (paling tidak) untuk mengambil alih freeport termasuk dengan memperbesar porsi sahamnya di Freeport. Gimana hasil jadi akhirnya, ya kita tunggu saja ketegasan sikap pemerintah.

Dalam hal ini, ketika saya memaparkan sikap mengenai kemungkinan ini, banyak yang mencibir menyatakan tidak masuk akal dan sok tau. Yang buat saya sedikit meradang adalah, yang saya tuduh itu adalah Amerika Serikat, yang satu Indonesia ini harusnya sudah harus tau bahwa kekayaan SDA yang kita punya banyak yang secara sistematis ‘dirampok’  oleh mereka dan sekutunya sehingga kita jadi miskin begini. Ini, kok malah USA nya yang dibela habis-habisan bahwa mereka tidak mungkin bersalah. Lha kalian sendiri kok yakin sekali? Udah seperti media massa yang dibayar saja yang secara serempak—seolah-olah sebelumnya sempat briefing bareng—memberikan secara seragam bahwa USA tidak memiliki hubungan dan keterlibatan terhadap masalah ini.

Memang susah sih. You will not believe what you do not know. Misalkan saja, bagaimana bisa saya berdiskusi (apa lagi meyakinkan) dengan mereka yang bahkan tidak paham sejarah Freeport; hal-hal apa saja yang sudah mereka lakukan secara sistemik hingga berpuluh-puluh tahun sehingga mereka mampu menancapkan kakinya dengan aman dan nyaman; tambang apa saja, berapa banyak dan berapa keuntungan yang mereka peroleh semenjak mengeruk hasil alam Papua, juga perlawanan-perlawan masyarakat Papua yang diredam, hubungan Orde Baru dengan AS, juga kebijakan-kebijakan yang entah bagaimana secara terbuka memberikan izin pada mereka..

Sebenarnya tidak usah pakai teori konspirasi, ngga usa lah kita bedah pemaparan sejumlah fakta tentang sejumlah konflik yang memang sengaja disetting untuk kpentingan politik tertentu, pakai analisa yang sederhana aja dulu. Takutnya itu saja kita masih gagap..

Saya sempat nyeletuk sambil curhat sama temen, “Gimana mau membedah konspirasi dan kondisi politik Internasional, membedah kondisi dan ‘permainan’ politik di tingkat pemerintahan lokal saja ngga paham”. Hehe..

Satu lagi, ‘Stay positive’itu bukan berarti harus menjadi naif!

Oya, ngomong-ngomong udah baca artiel-artikel dan berita mengenai keanehan-keanehan dan kejanggalan-kejanggalan pada peristiwa aksi teror kemari? Mungkin saja bisa sedikit membantu untuk menghilangkan keluguan kita dalam melihat suatu hal.

Selamat siang jangan lupa makan nasi, terlalu lapar tidak baik untuk kesehatan otak Anda!

Komentar

Postingan Populer