Guru, Pembelajaran, dan HAM
Suatu ketika saya melihat seseorang memposting
foto di facebook mengeni sejumlah siswa yang terkesan bandel dan tidak sopan
dalam proses pembelajaran seperti yang tertera seperti di bawah ini.
Namun, sungguh saya sangat merasa terganggu dengan
caption tersebut. Karena saya dan siswa melakukan
pembelajaran yg menyenangkan, bahagia, tidak setengah hati, tanpa harus
melanggar HAM!
Yang buat status ini spertinya harus perbanyak bacaan tentang psikologi
pembelajaran dan psikologi anak. Bahwa mengajar itu bukan hanya tentang transfer pengetahuan dan teori semata, namun juga mengenai bagaimana caranya membuat anak tumbuh dan berkembang dengang baik, baik dari segi pengetahuan, psikis, spiritual dan keterampilan yang pada akhirnya termanifestasi dalam sikap.
Kita setiap hari mempertontonkan dan melegalkan budaya kekerasan. Dan ketika anak-anak sudah dewasa, kita lantas marah dan mepertanyakanmengapa
kondisi emosi-mentalnya tidak ideal dan mereka terbiasa melakukan praktik-praktik kekerasan baik
secara verbal maupun non verbal.
Masalahnya, apakah membuat anak patuh dan mau belajar harus dengan menggunakan cara-cara kekerasan dan
emosional?
Kalau guru yang kurang mampu dan
kurang memiliki kapasitas yang ideal dalam mengelola kelas dan pembelajaran yang efektif, jangan
lampiaskan kesalahan pada siswa!
Menghukum pun dapat dilakukan dengan cara-cara yang mendidik tanpa harus melakukan hal-hal yang bersifat emosional, jahat, dan melanggar HAM.
Guru dan orang tua dapat menjadi malaikat yg membentuk hidup seorang
anak menjadi baik, namun mereka juga dapat menjadi pihak yang mampu menghancurkan hidup seorang anak yang hasilnya mungkin tidak akan terlihat saat itu
juga hanya karena salah penanganan.
Saya termasuk guru yang tegas di kelas, namun siswa-siswa saya mau mendengarkan saya tanpa harus saya bentak, saya marahi,
saya kasari sekalipun ada kalanya mereka melakukan hal-hal yg tidak seharusnya.



Komentar
Posting Komentar