Mengkhianati Diri Sendiri
Pahit, kegagalan kali ini memang pahit. Saya bahkan tidak
bernafsu untuk membohongi siapapun apalagi diri sendiri dengan menyatakan bahwa
saya baik-baik saja—setidaknya untuk saat ini. Bagaimanapun semua orang telah
mengetahui bahwa tidak ada di dunia ini yang dapat sepenuhnya sesuai dengan keinginan,
sayangnya Tuhan sudah kadung mencipta sebuah rasa yang kita sebut kecewa yang ada
kalanya senang-tidak senang harus kita cicipi.
Tapi mari kita mencoba untuk sedikit melepas rantai si galau
ria, agar kesedihan tak selamanya kita hirup. Kau tau apa? awalnya aku tak
paham, rasa manis apa yang dapat kucicipi dari segumpal kepahitan ini. Katanya,
di balik semua kisah terdapat hikmah. Lantas apa? Kok rasanya aku tidak melihat
apa-apa ya.
Kepahitan ini ternyata menghantarkanku pada suatu kondsi
dimana hal yang paling ku takutkan tidaklah sampai terjadi: tak henti-hentinya
menyalahkan diri sendiri. Ibarat sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Sudahlah
hal yang kurang menyenangkan terjadi, ditambah lagi meratap dan mengutuk diri sendiri?
Oh God! Padahal mungkin niat awalnya adalah baik, yakni belajar dari kesalahan.
Namun pada akhirnya kita justru tidak henti-hentinya mencari-cari kesalahan dan
berkubang di dalamnya.
Dan kau berhasil membawa doktrin baru, kawan. Sejak awal kau
sudah menghantam dinding bisu pikiran ku bahwa, jangan pernah takut dengan
apapun, jadilah diri sendiri. Dengan demikian, aku akan lepas dari bala itu.
Jika pun aku gagal, bisa jadi mereka yang tidak mampu melihat aku, bukan karena
aku yang rendah dan tidak pantas. Paling tidak, aku harusnya tidak punya alasan
untuk mengutuk diri atas seburuk-buruknya hasil, karena hal yang terpenting
adalah aku menghargai diri serta tidak mengkhianati diri dan keyakinanku
sendiri. Aku memang merasa pahit, tapi untungnya aku sama sekali tidak
menyesali apapun, aku puas dengan setiap depa proses yang ada. Aku tak perlu
menjadi seorang manipulator apa lagi penjilat meski atas nama keinginan suci
itu.
Ya, selemah-lemahnya iman, kita harus menjadi pihak yang
berada paling depan untuk percaya pada diri sendiri dan kebenaran yang kita
anggap hari ini benar (meski besok bisa jadi usang karena hidup memang bukan
tentang kepastian mekanis).
And you! You are the sweetness that come from this
bitterness.. Kau membuatku bangkit dan tersenyum dengan cara yang paling
menawan dan masuk akal. Yeah, you are..



Komentar
Posting Komentar