Just Go Away




Di sini pula puncak yang menggamit resah
Sudah ku azzam, aku masih bersedia sebatang kara. 
Pergi saja jauh-jauh. 
Kelak nanti patah arang, seluruh berang tumpah ruah di tubuhku. 
Bukan peduli ku lagi musim-musim itu bersetubuh dengan hari. 
Atau cibir saja air pasang yang mengaduh itu, malam seketika jadi rongsokan bagi kau. 
Kau dan air pasang itu sama saja, bising. 
Cuma pintar mengaduh. 

Aku bukankah penakluk roman. 
Tentu saja, bukan. 
Maka tak perlu kau berlagak picisan. 
Polah demikian bukan kastamu. 
Pun, bukan manusia yang paham tenun hati, juga hargai cawan berhias akal budi. 

Nalurimu seolah aku pemimpi yang minta dibangunkan candi-candi. 
Bila mesti, pahat saja rupa-rupa pada prasasti bak dongeng-dongeng purba itu. 
Ya. . .selama ini kau selalu berhasil menjala kidung para jelita yang luluh meleleh pada kepiawaianmu mengolah syair. 
Sayang, aku tak serupa. 
Sekali-kali ku serukan, jangan coba tegakkan benang basah. 
Ultimatum terakhirku. 
Aku masih bersedia sebatang kara. 
Pergi saja jauh-jauh.

Komentar

Postingan Populer