Menjaga Waktu



 “Try to imagine a life without timekeeping. You probably can’t. You know the month, the year, the day of the week. There is a clock on your wall or the dashboard of your car. You have a schedule, a calendar, a time for dinner or a movie. Yet all around you, timekeeping is ignored. Birds are not late. A dog does not check its watch. Deer do not fret over passing birthdays. an alone measures time. Man alone chimes the hour. And, because of this, man alone suffers a paralyzing fear that no other creature endures. A fear of time running out.”Mitch Albom, The Time Keeper

Saya sendiri belum pernah membayangkan hidup tanpa adanya penjaga waktu. Tanpa jam di dinding? Tanpa kalender? Tanpa tau sekarang jam berapa, tanggal berapa? Ah..yang benar saja. Dengan adanya penjaga waktu yang bahkan selalu melingkar di pergelangan tangan saja tidak mampu menjamin agar kita senantiasa memanfaatkan waktu dengan baik dan berharga.

Hal ini pula yang sering membuat saya risau. Di saat orang lain mampu memanfaatkan waktu yang ada untuk mencapai prestasi tertentu, meningkatkan kapasitas diri, menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain. Sedangkan saya? Ada sih, tapi belum sesuai harapan.

Sering sekali rasanya mendapati waktu berlalu sebelum menuntaskan sesuatu yang seharusnya. Lagi pula, mengapa waktu itu cepat sekali berjalannya sih? Tiba-tiba saja sudah berganti jam, tiba-tiba saja senja sudah menyapa, bahkan tiba-tiba saja bulan yang kemarin sudah tak tampak lagi dan tiba-tiba saja saya sudah bertambah tua. Hufft..!

Anehnya, pernah kala itu saya terus-menerus memperhatikan jam tangan dengan pikiran iseng, ‘kalau saya perhatikan dengan cara begini, pasti waktu akan berjalan dengan sangat lambat’. Sama seperti saat kita tengah menunggu sesuatu. Satu jam rasanya seharian. Ingin sekali rasanya menjaga waktu seperti itu agar ia tidak melesat dengan begitu pesatnya seolah tengah melakukan marathon, tanpa melakukan apapun? Itu dia yang tidak mungkin.

Komentar

Postingan Populer