Be Fair to Your Self
Belakangan semakin banyak saja orang yang membicarakan keadilan. Apa lagi menjelang pemilu seperti ini. Entah karena sudah mulai paham terhadap penerapan nilai-nilai Pancasila: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Sudah mulai sering menonton berita dan membaca koran sehingga pada ahirnya mengetahui situasi konkrit negara ini. Atau sekedar latah. Entahlah...
Sebenarnya adil itu apa sih?
Haruskah kita mencari berbagai buku untuk mencari referensi yang akurat sekedar
mengetahui makna yang relevan? Tidak bisakah kita memperolehnya melalui
pengetahuan yang telah menjadi konsepsi umum, agar mudah dimengerti. Misalnya,
kita semua pasti tau bahwa adil itu adalah tidak berat sebelah, tidak memihak,
memberikan sesuatu kepada yang berhak, memberikan sesuatu sesuai dengan hak
atau kebutuhan, atau sesuatu yang akan kita peroleh setelah menjalankan
kewajiban.
Saya sedang tidak begitu
bersemangat untuk membahas dan menganalisa konteks keadilan dalam bidang yang
luas tidak terbatas, entah itu di bidng politik, pemerintahan, hukum, ekonomi,
pendidikan, dsb entah itupada skala lokal, nasional apa lagi internasional.
Saya tengah ingin merefleksi diri untuk mengetahui, apakah saya telah adil pada
diri sendiri—agar tidak melulu berorientasi di luar diri.
Saya tidak begitu paham dengan
orang-orang yang selama ini telah terlalu lama berteriak lantang mengenai
keadilan, padahal ketika kita amati, ia sendiri belum mampu adil pada dirinya
sendiri. Sebenarya tidak ada masalah sih, bukan karena belum mampu adil pada
sendiri kemudian menjadi alasan dan pembenaran untuk tidak peduli terhadap
situasi yang ada di luar diri kita. Namun bukannya menjadi absurd dan terlihat
tidak sesuai ketika kita sibuk memperjuangkan nasib orang lain namun kita abai
terhadap kehidupan sendiri?
Sebagai makhluk individu, manusia
juga memliki sejumlah kebutuhan yang harus di-supply dengan baik secara berkala. Kita senantiasa memiliki
kebutuhan terhadap fisik/jasmani, spiritual/rohani, kejiwaan, pikiran, dan berbagai
kebutuhan lainnya.
Sebarap adilkah kita dalam
memenuhi kebutuhan dan hak fisik kita secara tepat? Seberapa rutin kita berolah
raga, mengkonsumsi makanan dan minuman secara tepat dan bermanfaat, dan sudah
cukup dan pantaskah waktu yang kita sediakan untuk beristirahat setelah begitu
banyak energi dan tenaga yang kita keluarkan, dan yang juga sering terabaikan,
sudah kah kita selalu merawat tubuh dengan baik ketika tengah sakit seperti
dengan segera mengkonsumsi obat-obatan tertentu demi pemulihan?
Seberapa adilkah kita dalam
memenuhi kebutuhan dan hak intelektualitas kita dengan senantiasa meningkatkan
kapasitas dan pengetahuan, mencatat atau menulis, melatih berpikir dan memaknai,
berdialog dan berdiskusi, seberapa banyak stok rangsangan yang senantiasa kita
miliki untuk belajar?
Seberapa adilkah kita dalam
memenuhi kebutuhan dan hak psikologis dan kejiwaan kita? Sudahkah kita memahami
diri dengan baik, mengelola emosi-emosi negatif dengan tapat dan membiasakan
sikap positif, menjalani hubungan yang baik dengan orang lain, melakukan
management stress, serta senantiasa melakukan aktvitas-aktivitas untuk refreshing dan mencari hiburan ketika
kita tengah membutuhkannya?
Seberapa adilkah kita dalam
memenuhi kebutuhan dan hak spiritual kita? Sudahkah kita memiliki komitmen
dalam peningkatan amalan spiritual, senantiasa menjalankan ibadah, muhasabah
dan hal lainnya sebagai bentuk pemenuhan atas rasa ketergangungan dan sandaran
terhadap Tuhan?
Saya merasa ada banyak hal yang
belum saya penuhi secara proporsional. Semua orang ingin agar hidupnya ideal
dan seimbang, tapi tak jarang kita malah abai terhadap hal-hal yang telah
tersebut di atas. Kita tidak sadar bahwa ternyata ada yang cacat dari hidup
kita yang pada akhirnya baik secara langsung ataupun perlahan membawa kita pada
bencana yang kita timbulkan sendiri ketika ada hak-hak dan kebutuhan yang tidak
kita penuhi secara seimbang.
Yuk, menjadi lebih adil pada diri
sendiri..



Komentar
Posting Komentar